Komisi Pemberantasan Korupsi menangkap Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini di kediamannya di Jalan Brawijaya, Jakarta Selatan, Rabu dini hari 14 Agustus 2013 lalu. Dari tangan Rudi, KPK menyita uang sebesar USD 690 ribu dan 127 dolar Singapura.
Kini KPK kembali melakukan operasi tangkap tangan. Ketua KPK Akil Mochtar ditangkap di rumah dinasnya saat menerima suap dalam pecahan dolar Singapura yang diperkirakan nilainya sekitar Rp 3 miliar.
Lalu mengapa kasus penyuapan selalu menggunakan mata uang dolar? Benarkan dolar, baik Amerika maupun Singapura lebih aman untuk transaksi ilegal?
"Kalau dibandingkan dengan rupiah, dolar baik Amerika atau Singapura lebih aman. PPATK pun saya rasa lebih sulit menelisik uang asing dibanding uang rupiah," ujar pengamat valuta asing (Valas) Farial Anwar saat berbincang dengan merdeka.com, Kamis (3/10).
Menurut Farial, selain relatif aman bertransaksi dengan dolar, kecenderungan nilai tukar mata uang asing selalu meningkat. Hal ini lah yang diharapkan oleh para penerima suap. Mereka menerima uang yang nilainya akan terus bertambah.
"Kecenderungannya valas seperti dolar baik Amerika atau Singapura itu naik nilai tukarnya terhadap rupiah. Dolar Amerika dulu Rp 9.000 kini sudah Rp 11.000, begitu juga dengan dolar Singapura, nah ini yang mereka incar," terangnya.
Meski sulit menelisik transaksi dengan uang asing, farial meminta KPK tetap mengawasi peredaran uang asing yang kerap digunakan untuk praktik suap. Seperti diketahui, suap dengan menggunakan mata uang asing sudah ada sejak lama, bahkan ada istilah 'apel Washington' untuk menyebut dolar.
"KPK Harus bisa mengawasi pembelian dolar dalam skala besar. Kemana uang itu dilarikan, ke money changer kah, ke Bank kah? atau kepada pribadi? Itu yang harus ditelusuri KPK juga, karena kecenderungannya suap sekarang menggunakan dolar," imbuhnya.
Sumber: http://www.merdeka.com/peristiwa/ini-alasan-mengapa-dolar-lebih-diminati-untuk-menyuap.html
0 komentar:
Posting Komentar